Minggu, 11 Januari 2009

pura-pura seriusss

MEDIA KOMUNITAS YANG MEMILIKI KEARIFAN LOKAL

Saat ini, komunikasi dan informasi menjadi sebuah kebutuhan primer di kalangan masyarakat modern. Masyarakat yang haus akan informasi mulai memanfaatkan berbagai jenis media yang sudah ada. Media tersebut adalah media tradisional dan media modern. Sayangnya, informasi yang acapkali diberikan oleh media, kurang memahami adanya kode etik jurnalistik. Padahal, kode etik jurnalistik dapat menjadi pagar kokoh supaya masyarakat tidak keliru atau salah tafsir terhadap informasi yang diberikan.
Sebenarnya, masyarakat seperti apakah yang mendominasi kebutuhan akan media? Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan kebutuhan terhadap media massa yang lebih dominan daripada masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi. Hal tersebut dikarenakan pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan tingkat ekonomi yang tinggi memiliki banyak pilihan dan akses informasi yang terbuka, termasuk bertanya langsung pada sumber/ahli. Kalau diamati, pola pikir masyarakat dengan ekonomi rendah memiliki kecenderungan untuk langsung menyerap hal-hal yang dilihat atau didengarnya. Filter mereka terhadap informasi yang diberikan oleh media menjadi kurang. Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan seseorang mengenai sebuah keadaan yang baik ataupun buruk. Media menjadi model bagi masyarakat yang mencanduinya. Namun, apakah perilaku, sikap, tindakan, dan pikiran yang ditawarkan media sesuai dengan keadaan lingkungan atau budaya pada suatu daerah? Perilaku menggunakan busana seksi dan gaya bicara dari kawasan metropolitan tentu tidak akan diterima dengan mudah di dareah pedesaan atau pegunungan.
Media yang juga berpihak pada kearifan lokal, paling tidak memiliki fungsi budaya dalam setiap aspek penyampaiannya. Laswell mengidentifikasi fungsi media pada budaya dengan penjabaran sebagai berikut : Pertama, fungsi pengawasan (surveillance). Dalam hal ini, media dapat memberikan informasi-informasi kepada masyarakat, mengenai isu-isu yang terjadi di daerah sekitarnya. Media juga dapat membuka mata masyarakat lokal mengenai program-program dan penggunaan anggaran daerah yang digunakan oleh pemerintah. Isu global mengenai lingkungan hidup, krisis ekonomi dunia dapat diinformasikan dengan menyesuaikan karakteristik daerah sekitar. Sebagai contoh, masalah penambangan pasir di lereng merapi, dapat menjadi bahasan yang menarik bagi wilayah-wilayah seperti Sleman, Boyolali, Klaten atau Muntilan. Kedua, fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah. Media dapat menjadi salah satu sarana yang informatif dan komunikatif. Pejabat setempat dapat dijadikan narasumber yang mampu memberikan informasi mengenai banyak hal yang terkait dengan pemerintahan (PEMILU, misalnya). Media juga dapat menjadikan dirinya sarana komunikasi yang menyajikan dialog terbuka antara narasumber dan pengguna media. Proses tanya jawab, diskusi dan bahkan debat, dapat memberikan opini publik, mengenai sebuah penyikapan atas hal yang sedang diperbincangkan. Ketiga, fungsi pentransferan budaya (transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan. Media yang mencerdaskan, harus mampu memberikan informasi yang berkualitas dan bernilai edukatif. Edukasi dapat dilakukan dengan penyajian program-program yang memberikan tambahan informasi bagi masyarakatnya. Pengetahuan terhadap politik, ekonomi, sosial, budaya dan hal-hal lain yang memiliki sifat penting dan baru, dapat membantu masyarakat daerah untuk mengembangkan intelektualitas pemikirannya. Keempat, fungsi hiburan (entertainment). Tentunya fungsi hiburan tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Melalui fungsi tersebut, masyarakat dapat diperkenalkan mengenai seni-seni tradisi, sehingga warisan budaya setempat tidak akan hilang, dan tetap dapat dikenang.
Apabila media dapat mempertahankan kearifan lokal dengan tetap berpijak pada fungsi-fungsi media, yang telah diulas diatas, maka masyarakat akan dapat memperoleh informasi-informasi yang ’menyehatkan’. Media nasional tentu tidak dapat sepenuhnya memberikan solusi terhadap penyampaian informasi dengan skala kedaerahan. Oleh karena itu, dibutuhkan media berbasis komunitas, yang mampu mewujudkan impian da harapan masyarakat daerah, untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan skala-nya. Namun, dibutuhkan kerjasama yang kuat dari berbagai pihak, untuk menyelenggarakan sebuah media berbasis komunitas. Kepedulian pemerintah dan penyandang dana, akan menjadi pilar yang kuat bagi terciptanya media yang ’menyehatkan’ masyarakat daerah. Tentunya hal tersebut harus didukung pada kesadaran masyarakat untuk melek media dan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menangani media berbasis komunitas yang berkualitas.
Natalia Dessy Wulaningrum
7 Januari 2009

Tidak ada komentar: