Senin, 05 Januari 2009

labirin BLOG ku

bawah belum kelar nyambung atas, membingungkan, namanya juga labirit...

Pernahkah suatu ketika kau berada dalam sebuah pilihan yang menentukan hasil akhir kemenangan atau kekalahan telak dalam takdir hidupmu? Ya, sekarang aku yang mengalaminya. Aku berdiri dalam persimpangan jalan. Bukan dua simpang, bahkan tiga simpang. Tiga. Tiga simpang. Antara karir. Cinta. Dan mimpi. Karir, sumpah mati, dulu aku memang bercitacita menjadi seorang guru bahasa dan sastra Indonesia pada jenjang SMA. Serius. Aku memiliki cita-cita itu ketika aku duduk di kelas sebelas. Aku memiliki citacita itu karena aku memiliki empat orang guru bahasa dan sastra Indonesia. Ibu I**i. Bapak Yo**. Ibu Y***k dan Bapak P**h. Ibu I***i, hemh special teacher. Dia ngajarin aku bahasa Indonesia dengan spesifikasi tata bahasa-linguistik. Dari fonem-morfem-klausa-kalimat majemuk-wacana, materi bahasa Indonesia yang luar binasa dahsyatnya. Damn. Gurunya tua, udah ubanan, galak, jutek, jarang senyum, horror (tau deh, kalo di sanur mirip syapa), terus hobi banget keliling, ngeliat catetan, dan ga pernah lupa ngasih peer,hemh…owyah, dia aku rasa juga pilih kasih. RASIS. Dia cina. Terus pas pendaftaran siswa baru, ibuku berhasil menawar biaya masuk skolah dengan harga yang fantastis, murah banget, nah keknya dia juga rada dendam tuh gara2satu masalah ituu..Yang jelas, dia memberikan satu alas an yang kuat bagiku, untuk bertekat menjadi guru yang tidak seperti dia…hahaha… Nah, guru kedua adalah yang paling kuat memotivasiku. Dia adalah pak y***o, awalnya, sumpah aku sangat membencinya. Dia guru yang moody, waktu kelas sepuluh, aku jadi ketua kelas.Nah,rese-nya, dia sering nelatnelat masuk, biar dijemput. Dasaar ga tau diri. Akhirnya, tiap telat dating, aku males jemput dia. Dia juga seting nyindirnyindir aku kalo lagi ada kelas. Dari dia bilang mencintai wanita dengan rambut basah (padahal pagi itu aku keramas, terus dia juga bilang mencintai wanita yang mencatat dengan pensil (padahal siang itu aku mencatat dengan pensil) dan lain sebagainya. GILAAKKK parah… Sebenernya, aku marah marah tersanjung (halah!!), disaat semua guru hobi banget marahmarah, dia malah hobi banget ngegodain aku. Parahnya, dia malah meminta aku untuk ikut lomba nulis essay. ESSAY? Apaan tuh, tapi aku semangat banget, meski ga punya modal apa-apa. Waktu itu, yang dikirim dari sekolahku ada tiga. Kak Vinny (Ketua OSIS), Emmy (Juara UMUM) dan aku (Bukan siapasiapa). Materi lombanya adalah tentang PRT alias BABU. Aku yang tak tahu apaapa, segera mewawancarai tetanggaku yang menjadi PRT. Aku Tanya, apa sukaduka jadi PRT, setelah aku punya data, barulah aku menulis (beneran tulis tangan) Hellow, dua temanku menyerahkan naskah yang uda diketik beserta disket, sedang aku bener-bener masih tulis tangan. Akhirnya, pak guruku itu menahan aku sepulang sekolah. Aku dijebloskan ke ruang computer, dan diminta mengetik naskah yang aku tulis. Lamaa, lama banget. Selesainya, guruku itu shock bukan kepalang, karena bahkan dia masih harus mengedit tulisan yang aku ketik. Dari salah ketik, dari aku yang main enterenter, terus kalau mau titik aku spasi, dan banyak kekacauan lainnya. Dia bilang, punya kak vinny dan emmy lama editing isinya, sedangkan punya kaku lamaan edit masalah teknisnya. OMG. Aku lalu bertekat belajar ngetik cepeeett. Tara tara, aku, kak vinny dan emmy akhirnya mendapatkan undangan untuk mendapatkan pengumuman pemenang. Aku dating dengan bapakku. Singkat kata singkat cerita, tibalah pengumumannya. Juara harapannya adalah (tentu bukan aku), juara tiga, juara dua (yahh, ternyata adalah… tetap bukan aku), dan akhirnya, juara pertamanya adalah NATALIA DESSY WULANINGRUM, god, it’s me? Aku bahagia, kaget, bingung, diam. Akhirnya setelah dipersilahkan maju ke podium, aku melangkahkan kakiku dengan lemas, tak sengaja, aku menendang botol coca cola, dan menimbulkan suara yang gag nyamaan banget. Huhuhuhu…malu banget, tapi biarlah, yang penting aku sudah di depan sambil menggenggam thropy dengan hiasan naga disamping kanan-kirinya. Aku menang. Pagipagi sekali, aku dating kesekolah dengan membawa thropy, dan aku letakkan thropy itu di meja pah y***o. Seisi kantor guru terkejut. Mereka tidak memberikan selamat padaku, tapi memberikan kecurigaan. Pada aku dan dia. Banyak yang berpikir bahwa prestasi itu karena dia yang menulis untukku. Sumpah, aku kecewa. Aku marah. Dan kekecewaan itu justru menumbuhkan semangat bagiku untuk terus berprestasi. Dan hasilnya adalah PULUHAN piala aku sumbangkan untuk SMA-ku selama aku berada disana. Dari menulis essay, membaca puisi, menulis cerpen dan lomba debat. Aku menampar guruguruku dengan pialapiala itu. Aku jadi anak yang sombong. Sumpah, sombong itu ternyata menyenangkan. Sepertinya, seisi sekolah benerbener udah aku taklukkan. Ibukku hanya menuntut aku harus pandai. Kelas sepuluh sebelah aku selalu masuk lima belas besar. Aku ikut majalah sekolah, aku jadi ketua majalah dinding, aku jadi ketua informal kader, aku anak pleton inti, aku ikut teater, aku jadi ketua kelas, aku vocal mengritisi pekerjaan osis, rebut dengan guru, selalu keluar di jam pelajaran bahasa inggris, pakai sepatu warna biru-kadang item (padahal harusnya putih polos), hemh…masamasa yang super menyenangkan. Oiya, aku juga punya pacar, kadang kalo berangkat skola aku dianterin pake motor bututnya, parahnya nganterinnya selalu telat, dan selalu dilihat oleh guru piket. Tak apalaa, aku juga uda sering telat, hamper tiap hari malah, jadi kalau dating sekolah, aku selalu ke ruang karyawan, untuk mengambil sapu atau kemucing, atau bahkan alat pel. Menyenangkan loh, mengawali pagi hari dengan membantu sesama, dan menghilangkan satu jam pelajaran di harihari sekolah. Aku jadi akrab dengan karyawan, jadi kalau razia, bias nitip barang ke mereka. Hahahaha. Kadang, kalau ada guru ga masuk, jatah makanan guru bias jatuh ke tanganku. Aku tak pernah langsung pulang seusai bel berbunyi. Selalu saja ada halhal yang harus aku kerjakan di sekolah. Entah majalah, entah mading, entah teater, rapat kader, atau sekedar ngobrol dengan dirinya. Duluu, waktu aku kelas sebelas, aku pernah berbincang dengan dirinya cukup lama, hal itu membuat kak lian, kakak kelasku marah. Dia dengan temantemannya lalu melabrakku, dan membuat file-file ku terbang tertiup angiin. Aku memungutinya satupersatu, sendirian. Pak y**o tak membantuku, dia hanya melihat pertengkaran kami, tersenyum, lalu kembali ke kantor guru. DAMN!! Sejak saat itu, kami Y*** Fans Club, membuat jatah/giliran untuk bias berbicara dengannya. Okey, sedikit norak, but that’s the fact. Hemh, lambat laun, saking banyaknya piala yang aku punya, dia sering nanya, aku mau apa. Aku selalu bilang, mau dicium bapak. Pernah, suatu ketika, dia benar-benar menanyakan apakah aku masih dia mau cium. Ya. Aku bilang ya. Aku masih mau dicium. Seketika itu juga, dia mencium pipiku, didepan temantemanku. Gila. Bahagia campur malu. Semenjak itu, mulailah aku semakin mencintai pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Karena dia dan auranya. Karena dia dan cara mengajarnya. Karena dia… Aku dimintanya untuk bias menjadi guru bahaha dan sastra, menjadi sepertinya. Sejak saat itu, akupun mengikuti semua langkah hidupnya. Mulai dari masuk ... next story

2 komentar:

Monica mengatakan...

sampe speechless
hehe...

Anonim mengatakan...

ditunggu lanjutannya bu..^^